Aku, bayangkan aku adalah sebuah penggaris plastik lunak yang lemah, aku mudah untuk dipatahkan, mudah untuk digoyahkan, mudah untuk diretakkan, tapi aku tak pernah merasakan sakit krna hal itu. Ya.. karena aku sebuah penggaris aku adalah benda mati, aku bergerak bila ada yang menggerakan, aku membantu manusia dalam mebuat garis lurus, aku tak punya hati aku tak punya pikiran aku hanya aku, sebuah penggaris pelastik. Hentikan bayangan bahwa aku adalah seorang penggaris, karena ya aku adalah seorang manusia yang kehidupannya mirip dengan sebuah penggaris plastik, bedanya aku dapat merasakan sakit, aku punya hati dan aku punya pikiran.
Aku manusia aku bisa merasakan sakit, aku ingin seperti penggaris meluruskan yang berkelok, tapi aku juga sama halnya dengan yang lain membutuhkan hal yang sama, aku butuh orang yang selalu disampingku ibarat pengaris aku mudah dipatahkan bila aku berdiri sendiri dengan kelunakanku, tapi aku bisa menjadi kokoh bila banyak penggaris yang menopangku, menopangku untuk menjadi kuat mengalahkan patahan yang bisa terjadi saat aku sedang merasa sendiri. Tapi suatu saat kita harus bisa untuk berdiri sendiri seperti penggaris besi yang berada di sebrang sana, kuat kokoh dia bisa menjadi lemah tapi tak terpandang oleh ke kokohannya, mungkin dia menutupi perasaan yang dia rasakan, aku bisa melihatnya.. melihat dari kilauan pantulan cahaya matahari yang mencolok mengenai mataku.
Kini kusedang menyadari betapa bodohnya aku yang menyia-nyiakan kehidupan ini, apa aku tak berfikir kedepan, apabila yang aku lakukan hanya membuang-buang waktu yang diberikan, bagaimana bila didepan sana akan ada sesuatu hal yang membuat aku akan patah, ya seperti saat ini ya.. aku merasakan itu. Aku merasakan retakan yang terjadi pada diriku, sama halnya seperti penggaris kubutuh penggaris-penggaris lain untuk membantu menopangku atau kubutuh perekat, perekat untuk merekatkan sesuatu yang retak tadi, mengokohkanku kembali dengan rekatan hangat yang menyelimutiku, kubutuh itu semua.. Semua itupun hadir, kumulai bangkit, semangat membara yang mengahmpiriku, perekat telah direkatkan pada diriku ternyata manusia ini masih membutuhkanku untuk meluruskan garis-garis lengkungnya. Penggaris lain disana ya keluargaku berdoa bersama mendorongku akan keinginanku. Kami berjalan bersama-sama hingga kami terlihat kokoh, patakanku semakin tak tampak tertutupi akan balut kasih sayang yang kurasa:)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar